Berbisnis atau bekerja adalah sebuah pilihan


Kita diajarkan untuk Kejarlah Akhirat mu seakan kamu akan mati esok hari ( bahkan tidak ada yang dapat mencegahnya apabila kita mati detik ini ) dan Kejarlah Dunia mu seakan kamu akan hidup seribu tahun lagi.


Di bawah ini adalah artikel di "Inview Magazine" edisi 27/Oktober halaman 14-15 ("a free magazine") yang Mudah2an bisa menjadi motivator buat kita.......,

Mulai Cerita:-----------------

FLAG CARRIER.
Menjadi seorang entrepreneur mungkin masih jadi impian bagi sebagian orang. Namun tidak bagi Budi Rachmat. Ia berani keluar dari tempat kerjanya di sebuah perusahaan besar 'consumer goods' yang telah memberinya gaji sekitar Rp.10juta/bulan di tahun 2003. Merasa mantap berbisnis, ia pun memilih waralaba minimarket.

Budi Rachmat: "BEKERJA JADI PILIHAN, BUKAN KEWAJIBAN".

Ternyata, pilihan lulusan Sastra Cina Universitas Indonesia ini tak salah. Kini, penghasilannya sudah mencapai 6 kali lipat dari semula dan Budi telah memasuki tahapan pencapaian kebebasan finansial ala Robert T.Kiyosaki. Dua buah minimarket di Bendungan Jago dan Kedung Halang, Bogor menjadi sumber pemasukan utamanya.

Namun sosoknya tetap sederhana. Saat 'Inview' bertandang ke salah satu toko miliknya di Bendungan Jago, Kemayoran, Jakarta, ia memberikan kartu nama dan berujar singkat: "Ini alamat rumah saya, soalnya kini saya banyak bekerja di rumah". Berikut perbincangannya:

APA PERTIMBANGAN ANDA SAAT KELUAR DARI PEKERJAAN DAN TERJUN BERBISNIS?
Sebetulnya sejak 2002 saya sudah punya keinginan keluar, saat anak saya lahir. Usia saya waktu itu 40 tahun dan usia pensiun di perusahaan saya adalah 55 tahun. Artinya, ketika saya pensiun, usia anak saya baru 15 tahun, padahal dia baru selesai sekolah pada usia 25 tahun. Jadi, saya harus membiayai minimal 10 tahun lagi sejak saya pensiun nanti. Harus dibayar dari mana sisa 10 tahun? Karena kalau sudah pensiun 'income' akan turun. Akhirnya saya niat berbisnis.

LALU KENAPA MEMILIH WARALABA MINIMARKET?
Karena saya tidak bisa bisnis maka saya carinya waralaba. Ada pameran waralaba saya datang, sampai akhirnya saya putuskan ambil yang ritel saja karena tahun lama. Saat itu ada dua besar pilihan minimarket dan sebenarnya keduannya sama saja. Tetapi yang satu responnya kurang cepat. Saya mau jadi investor dan datang ke sana minta data, tapi respon dia lama. Sedangkan di minimarket satunya cepat sekali, bahkan sampai level direktur ketemu juga. Akhirnya saya ambil.

LALU MODEL KERJASAMA SEPERTI APA YANG ANDA PILIH?
Sebenarnya saya mengikuti Robert T.Kiyosaki dengan membaca buku-bukunya. Menurut Kiyosaki, ambil bisnis harus hasilnya 'cashflow' kalau 'paper asset' baru hasilnya 'capital gain'. Kalau saya, bila saya ambil sekarang maka bulan depan saya dapat berapa duitnya. Ketika saya investasi di sini maka bulan depan saya sudah tahu akan dapat berapa. Jadi, saya ambil model yang 'take over'.

KENAPA?
Tadinya toko ini milik Alfamart sudah selama satu tahun. Sewaktu saya ambil saya sudah tahun berapa pemasukan selama tiga bulan sebelumnya. Sesudah saya komit mau ambil, pihak mereka secara terbuka memberikan laporan keuangannya. Saat itu saya sudah tahu bahwa bulan depan saya akan mendapat Rp.13jt bersih seperti dalam laporan tiga bulan terakhirnya. Waktu itu omzetnya sekitar Rp.325 juta/bulan dan kini omzetnya antara Rp.375 juta sampai Rp.400 juta/bulan.

SAAT INI, BERAPA PENDAPATAN BERSIH TOKO DI BENDUNGAN JAGO?
Rata-rata Rp.17-18 juta per bulan. Sedang yang di Kedung Halang sekitar Rp.13 jutaan.

DARI MANA DANA UNTUK MEMBELI WARALABA INI?
Dari tabungan saya selama bekerja. Saya juga pernah bekerja di Singapura dengan gaji yang besar dan utuh.

Pada bulan Mei 2003, Budi sudah memiliki Alfamart Bendungan Jago. Menurut suami Dini Anggraini yang dikarunia tiga orang putri ini, biaya 'take over' ini adalah Rp.450 juta dengan luas 120 m2 dan 45 rak. "Ketika sudah berjalan setahun lebih dua bulan, saya baru berani minta kredit ke Bank Bukopin untuk 'take over' toko di Kedung Halang dengan biaya Rp.550 juta dengan luas 70 m2 dan 36 rak. Memang labih mahal karena beda tahun belinya," papar Budi. Saat itu, toko di Kedung Halang dapat menghasilkan penghasilan bersih Rp.11 juta/bulan. Kini ia sedang mengincar kepemilikan minimarket yang sama untuk ketiga kalinya.

BAGAIMANA STRATEGI ANDA SAAT MULAI BERBISNIS?
Waktu keluar dari pekerjaan, saya adalah pengangguran. Lalu saya bikin PT Tiga Bintang dan di PT ini saya direktur. Tapi sebenarnya semuanya yang mengerjakan adalah Alfamart seperti pembukuan, training dan orang-orangnya karena dia sudah memiliki sistem. Kecuali orang kesatu dan kedua adalah dari saya. Jadi, ini adalah "passive income' saya.

APA PERAN ANDA SEBAGAI INVESTOR?
Sebetulnya saya cuma mengawasi saja bahkan saya bisa hanya mengawasi dari pembukuan saja. Setiap bulan saya terima pembukuan lengkap. Saya juga alokasikan waktu saya minimal dua minggu sekali untuk datang ke toko. Bagaimana pun mereka juga karyawan saya, kalau saya datang mereka merasa diperhatikan.

APA OBSESI ANDA KE DEPAN?

Waktu keluar dari pekerjaan saya pada Mei 2003, target pertama adalah di bulan Mei 2005 pendapatan saya tiga kali lipat dari 'expenses' saya. Target itu tercapai. Target kedua adalah Mei 2008 saya harus punya 'passive income' tiga kali lipat dari 'expenses'. Target selanjutnya adalah bulan Mei 2010 sudah 'sustainable'.

BUKANKAN BISNIS JUGA AKAN MENGALAMI NAIK TURUN?
Benar, oleh sebab itu sewaktu menjalankan bisnis kita tahu kenapa harus tiga kali lipat, karena bisnis bisa naik turun. Sekarang saya dapatnya gede, tapi kadang turun. Kalau saya sudah dapat tiga gali lipat, kalau turun maka turunnya tidak lebih rendah dari satu kali lipat. Pada 2010 itulah saya harapkan 'sustainable', tidak bakal turun tapi tetap naik. Lebih aman. 'Passive income' artinya tanpa bekerja 'income' sudah masuk. Bekerja pun jadi pilihan, bukan kewajiban. ** (klm)




Mudah2an bermanfaat


DenMasBroto